Jumat, 18 September 2015

Rasanya Plong

Hai September 2015...
Sudah cukup lama, aku tidak menuliskan coretan-coretan di blog ini, terakhir bulan Juni lalu. Semenjak bulan Juni ada banyak cerita yang sudah ku alami. Dari yang pindah tempat kerja dan lain-laninya. Hehe... yang jelas meninggalkan sebuah tempat kerja yang sudah nyaman dan menyenangkan itu sesuatu yang sulit. Tapi ini sebuah pilihan dan keputusanku, dan tentu saja demi kehidupanku ke depan. Sampai jumpa tempat kerja lama, kamu akan selalu menjadi kenangan dalam hidupku dan semua pengalaman baik dan buruk yang pernah ku alami adalah sebuah karunia yang indah dan pasti akan selalu ku kenang. Jika hidupku sekarang ini dan ke depan makin baik salah satunya karena, pengalaman berada di tempat kerja lamaku itu. Sekali lagi terimakasih. Terus semangat teman-teman belajarku. Maaf tidak bisa mendampingi kalian sampai akhir kelulusan nanti, tapi percayalah doaku selalu menyertai kalian di sana. Semangat.

Yah itulah sedikit ungkapan perasaan tentang tempat kerja lamaku. hehe...
Sekarang aku sudah berada di tempat kerja yang baru. Dan di sini setiap pengalamannya juga tak kalah indahnya dengan pengalaman seperti di tempat kerja lama. 
Yang terbaru tadi pagi...
Salah satu hal yang ku impikan saat bisa main gitar adalah aku ingin sesekali bernyanyi di depan para muridku di kelas. Tujuannya apa?, yah sekedar untuk menghibur para murid dan menyemangati para murid atau menyegarkan para murid dari rutinitas yang membosankan dan melelahkan, sehingga semangat mereka untuk belajar bisa bangkit kembali. Itu saja tujuannya menurutku. 

Dulu sempat kepikiran pas aku masih kerja di tempat lama, tetapi karena sesuatu hal akhirnya belum kesampaian. Hingga tadi pagi, atau tadi siang tepatnya, di tempat kerja baruku. Saat memasuki sebuah kelas, sejenak aku lihat ada beberapa gitar di belakang kelas. Kemudian aku tawarkan kepada teman-teman belajarku (murid-muridku), "siapa yang mau menyanyi satu lagu saja di depan kelas, silahkan." Mereka ribut dan pada saling tunjuk-menunjuk menentukan siapa yang mau main gitar dan nyanyi di depan kelas itu. Mereka bingung dan masih memilih lagu. Bahkan mereka sempat tidak pede dan tawaran untuk menyanyi pun hampir gagal dipenuhi. Kemudian aku mencoba menenangkan mereka dan meyakinkan mereka untuk membawakan lagu yang bisa mereka nyanyikan saja, atau yang paling mudah menurut mereka. Dan akhirnya mereka menentukan sebuah lagu dan mereka pun bernyanyi.... na...na....na....

Setelah selesai bernyanyi, gitar itu aku minta. Kemudian aku berkata, "aku akan bernyanyi satu lagu untuk kalian." Ternyata grogi juga sesaat mau nyanyi sambil main gitar di depan murid-muridku. hehe... tetapi aku tetap tidak mau melewatkan moment langka itu... dan aku pun bernyanyi.... bla... bla....blla.... na..na...na..... dan selesai...hehe
Aku membawakan sebuah lagu dari Rocket Rockers - Ingin hilang ingatan. Akhirnya awal pembelajaran tadi siang pun berhasil aku isi dengan sebuah hiburan dengan bernyanyi, yeahhh.
Hasilnya lumayanlah, kata mereka (para muridku) sih bagus... meski sebenarnya fals-fals piye....hahaha.... tapi akhirnya aku puas dengan semua ini. Aku puas karena, berhasil melakukan sesuatu hal yang selama ini hanya ada di benak dan di pikiran saja dan kini berhasil aku wujudkan dengan nyata. Itu benar-benar sesuatu yang membuatku nyaman dan rasanya benar-benar plongggg.... 
Terimakasih Tuhan, karena tadi siang aku benar-benar bisa mewujudkan mimpi kecilku. "Semula sungguh tak terencana dan hanya mendadak tapi jika kita mau dan berani untuk mencoba maka, sesuatu yang semula tidak mungkin akan menjadi mungkin dan nyata."
Semoga mimpi-mimpiku yang lain bisa aku wujudkan. Bantu aku Tuhan. :D.

Hingga malam ini perasaan plong dan puas itu masih menyelimutiku. Yang paling penting dan yang aku harapkan dari kejadian tadi, semoga teman-teman belajarku (murid-muridku) tambah semangat belajarnya atau merindukan pergi ke sekolah untuk belajar. Itu saja. Berkati mereka semua Tuhan. Supaya mereka tambah semangat belajar. Dan nanti entah kapan, aku ingin mengajak para muridku untuk bernyanyi dengan lirik-lirik fisika... semoga bisa aku wujudkan dan semoga aku diliputi dan dipenuhi rasa keberanian untuk melakukannya. Bantu aku Tuhan,
Sekian coretan-coretan kali ini. Semoga memberi inspirasi bagi para pembaca. GBU

Senin, 22 Juni 2015

Sejenak Menyegarkan Diri & Jiwa dengan Sebuah Musik

Ada sesuatu keputusan yang harus aku buat. Meski keputusan itu berat, tapi aku tetap harus tegas untuk memutuskannya. Harus!.

Di tengah kegundahan sebuah masalah yang sedang ku alami, tapi aku memang harus menentukan sikap dan memilihnya. Mari menyegarkan diri dan jiwa dengan mendengarkan sebuah lagu.
Lagunya Cold play... A Sky Full of Stars
Mungkin dengan mendengarkan lagu ini akan sedikit membuatku nyaman untuk mengambil keputusan. hehehe....

Nikmatilah...


Lagunya asyik toh...
Dulu banget tepatnya awal tahun 2000'an aku menyukai Band ini tapi entah seiring berjalannya waktu aku mulai tidak mengikuti album-album mereka. Dan entah apa sebabnya kini aku mulai kembali menyukai mereka lagi.
Sejenak menikmati lagu untuk menyegarkan jiwa dalam diri ini.
GBU.

Senin, 15 Juni 2015

Nonton Konser Sheila on 7 Waktu itu

Kali ini aku mau berbagi tentang hobiku yang lain. Sebuah hobi yang berkaitan dengan musik. Yak... gini-gini aku juga penggemar musik dan salah satu band favoritku dari sejak zaman SD adalah Sheila on 7. Seperti saat mau memilih klub sepak bola mana yang akan aku pilih untuk dijadikan penggemarku selamanya...hehe... Waktu mau memilih band favorit pun sebelumnya aku menimang-nimang dan memilih band-band apa saja hingga akhirnya aku pun menjatuhkan pilihanku pada sebuah band Sheila on 7.

Setelah menjatukan hatiku pada Sheila on 7, langsung saja aku mengikuti (lumayanlah) perjalanan musik si Sheila on 7. Dari album ke-1, 2, 3, 4, album very best, 5, 6, dan album ke-6, sudah aku miliki... yeah... Tapi sayang untuk album legendaris - album pertamanya - hilang. Kejadiannya saat kaset album pertama itu tertinggal di laci bangku SMA. Waktu itu ada temanku yang pinjam dan sudah dikembalikan tapi ternyata aku lupa membawa pulang kaset legendaris itu dan saat keesokan harinya aku cari e... ternyata sudah hilang entah kemana. hik...hik... Untuk album ke-7 dan album terbaru ke-8 belum aku miliki hingga saat ini.... entah mengapa semenjak munculnya mp3 aku jadi sedikit ikut malas untuk membeli kaset. Tapi masih ada keinginan untuk mencari lagi album-album Sheila on 7 yang belum pernah ku miliki itu. Semoga aku semangat untuk mencarinya. hehe...

Meskipun aku pengemar band Sheila on 7 dan sudah memilik lumayan album-album mereka tetapi ternyata aku bukanlah orang yang gaul...haha... alias kurang gaul atau mungkin masih kurang berani untuk main. Hal itu terbukti aku belum pernah nonton konser Sheila on 7...haha... Sebenarnya pengen banget nonton konsernya Sheila on 7 tapi karena gak ada teman dan kurang gaul tadi akhirnya sampai aku lulus kuliah belum pernah sekalipun aku nonton itu konser. Menyedihkan banget...

Tapi akhirnya di bulan April 2015 di Gor UNY aku bersama teman-teman kampung bisa nonton konser band favoritku itu. Yeah... kesampaian juga akhirnya. Dan kemarin Mei 2015 ini juga ada lagi konsernya Sheila on 7, pengen nonton lagi tapi akhirnya gagal. Huft... semoga besok kalau ada konsernya lagi, khususnya di Jogja (yang dekat) aku bisa nonton bareng teman-teman atau mungkin bareng sama pacar yang sekarang entah kemana belum juga nongol dan belum juga ku temukan. Mungkin dia sedang menungguku di masa depan...hahaha... semoga aku menemukannya dan tidak keduluan yang lain haha.... Bantu aku Tuhan...hehehe...

Pas nonton konser Sheila on 7 bulan April kemarin, seru banget... pokok.e manteb.. gur siji sik kurang - jam 23.00 konser.e wis rampung. Jadi kurang puas... Yang paling mengesankan pas konser adalah saat nyanyi bareng sama penonton lain setiap kali Sheila on 7 nyanyi...pokok.e seru. Berasa seperti saat insadha (ospek) di kampus USD Jogja waktu itu...hehe... semua pada nyanyi dan loncat-loncat... dan ada lagi yang menakjubkan saat Sheila on 7 membawakan lagu Pemuja Rahasia, semua penonton disuruh sama sang vokalis - Pak Duta - untuk memegang HP (dihidupkan) masing-masing dan diangkat tinggi kemudian diayunkan ke kanan - kiri. Pemadangannya pas lagu itu sungguh dasyat.

Ini sebagian video pas konser di Gor UNY bulan April kemarin...


Mungkin tampak biasa di video ini tapi feel-nya pas nonton konsernya langsung benar-benar menakjubkan... 

Dan salah satu lagu lama dan favoritku akhirnya juga dibawakan - yang ku tahu sangat jarang dibawakan waktu konser - judulnya PEDE. Lagu yang isinya menceritakan "aku ini seperti ini apa adanya tapi aku itu menyukaimu." Hehehe... itu kalalu aku yang mengartikanya. Hahaha.... sedikit bercanda dan hanya guyonan kok. Ini Video klipnya...


Yah... itulah sedikit berbagi cerita dariku saat nonton konser musik. Mungkin kata-kata di atas sedikit atau banyak yang berlebihan tapi intinya nonton konser kemarin adalah untuk menghibur diri saja, dari segala rutinitas yang terjadi. Yang paling penting akhirnya aku bisa nonton konsernya band favorit, semoga besuk entah kapan bisa nonton kembali.
Sekian - Selamat Subuh.
GBU :D

Jumat, 12 Juni 2015

Sekedar Berbagi Tulisan

Selamat menikmati bulan Juni 2015...
Kali ini saya ingin membagikan sebuah tulisan yang menarik. Sebuah tulisan dari seorang Guru yang pernah dimuat di sebuah buku "Kapur & Papan 3 - Kisah Guru-guru Pembelajar." Bagi yang tertarik mau memiliki buku tersebut silahkan cek di toko-toko buku terdekat atau juga bisa membeli lewat online, silahkan hubungi dan inbox lewat FB: Lomba Nulis atau email: linkprint11@gmail.com.

Entah kenapa setiap kali selesai membaca sebuah buku yang menginspirasi dan menguatkan selalu saja hati ini ingin membagikan kepada orang lain.

Tulisan ini sengaja saya tulis ulang sesuai aslinya, selamat membaca & menikmati...


PETARUNG YANG TANGGUH
(Yulfitri Retno Ambarsari. Kapur & Papan 3. Yogyakarta: Penerbit Lingkarantarnusa, hlm. 43-46)

"Terkadang ada orang yang bertanya pada saya, untuk apa sekolah sampai S3, sedangkan anak-anak saya juga sedang banyak membutuhkan biaya?" ujar Ibu Sri mengawali kisahnya. "Kalau dipikir-pikir, biaya yang harus dikeluarkan setiap semesternya banyak sekali. Tapi saya terlanjur kena sindrom yang ditularkan dari murid saya, sindrom berupa perasaan yang tidak pernah takut kekkurangan karena pasti akan selalu ada jalan," jelasnya lagi. Pelajaran luar biasa yang beliau ambil dari salah satu siswanya. Dan dari sinilah kisah itu bermula.

      Seorang Ibu dengan empat orang anak, kedua anaknya duduk di bangku perguruan tinggi, sedangkan satu anaknya duduk di bangku sekolah menengah, dan yang paling bungsu masih Sekolah Dasar, sudah pasti membutuhkan biaya pendidikan yang tidak sedikit. Apalagi beliau, saat ini juga tengah melanjutkan studi jenjang pendidikan S3, program doctoral di Universitas Negeri Yogyakarta. Beliau adalah seorang guru yang cerdas, hal itu dibuktikan dengan keberhasilan beliau menjuarai beberapa kompetisi, entah atas nama pribadi maupun institusi karena menemani dan mendampingi siswa. Kecintaannya pada ilmu membuat beliau menjelma dari guru biasa menjadi guru luar biasa. Mungkin bagi sebagian guru, kuliah jenjang S2 saja sudah cukup tapi beliau masih semangat untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu S3.

      "Aku tidak ambisi jadi apa-apa, kok. Aku hanya ingin menambah ilmu untuk murid-muridku," ucap beliau sambil tertawa riang. Dalam arti, beliau tidak mengincar jabatan gelar doktor yang kelak akan disandangnya setelah lulus nanti. Semua itu tentu tidak terjadi begitu saja, perkenalannya dengan seorang murid yang luar biasa, mampu menginspirasi dan menyentuh hati beliau sampai saat ini.

      Adalah seorang siswa di sekolah kami yang berhasil mencuri perhatian teman guru kami tersebut. Hasta namanya. Kesehariannya sangat sederhana. Ia berasal dari keluarga yang kurang mampu. Rumahnya di Imogiri yang berjarak kurang lebih 20 kilometer dari sekolah. Jarak sepanjang itu ditaklukkannya dengan bersepeda. Setiap hari datang ke sekolah selalu tepat waktu. Jika didramatisir, peluh yang membasahi wajahnya sulit dibedakan dengan air yang dipakai untuk membasuh muka. Orang yang tidak tahu tentangnya pasti mengira Hasta habis cuci muka. Padahal wajahnya kuyup oleh keringat, mungkin beda di aromannya saja... hehe...

      Kesulitan ekonomi tak pernah membuat Hasta menjadi pribadi yang rendah hati. Hasta tetap supel dan ceria seperti remaja pada umumnya. Bahkan bisa dibilang tidak pernah sekalipun ia mengeluh. Semua kepahitan dijalani dengan santai seolah tanpa beban. Ayahnya seorang penarik becak sedangkan ibunya bekerja sebagai buruh bangunan. Adiknya dua orang dan semuanya bersekolalh juga. Tidak membawa uang saku, itu adalah hal yang biasa. Terlambat membayar biaya sekolah, bukanlah hal yang aneh juga. Hidupnya serba kekurangan materi. Beruntunglah dia mempunyai kecerdasan di atas rata-rata, sehingga Hasta sering mendapat beasiswa untuk meringankan beban orang tuanya.

      Pekerjaan orang tuannya tidak pernah membuatnya malu, bahkan Hasta tidak segan memperkenalkan orang tuannya pada guru-guru di sekolah. Seperti ketika dia menjabat sebagai ketua kegiatan keagamaan di sekolah, dia mengajak ayahnya ke sekolah untuk membantu mengangkut tikar-tikar yang ada di musala sekolah untuk dicuci. Tikar-tikar tersebut diangkut menggunakan becak ayahnya, sementara Hasta mengiringi di belakang dengan sepedanya. Tak ada yang menyuruh, semua inisiatif dari Hasta sendiri.

      Jika dipikir-pikir, kadang tak habis dimengerti, jarak rumah sangat jauh, datang ke sekolah tidak pernah terlambat, padahal hanya menggunakan sepeda. Di sekolah pun masih mau terlibat dengan kegiatan yang luar biasa. Ada lagi kebiasaannya yang sungguh membuat aku tercengang yaitu ketika mendengar cerita ini. Hasta terbiasa puasa nabi Daud, sehari berpuasa, sehari berbuka. Sungguh suatu hal yang tak mudah dilakukan bagi anak seusianya. Namun, semuanya itu dijalani dengan tenang tanpa keluhan. Di sekolah, ia masih bisa tertawa tanpa beban sedikit pun. Kehidupan yang keras telah menempannya dengan baik, memberikan pelajaran yang tak ia dapatkan dari bangku sssekolah manapun. Benar-benar anak yang teruji, serta mampu memberi pengaruh positif bagi teman-teman dan lingkungan di sekitarnya. Sesuatu yang ia tampilkan itulah yang mampu menjadi teladan istimewa.

      Ketika Hasta duduk di kelas akhir bangku SMA, itulah awal kedekatannya dengan wali kelas yang menceritakan semua kisah ini padaku. Lebih dari dua tahun, Hasta menjalani rutinitas yang sama. Tetap bersepeda 40 kilometer setiap hari. Tak dimungkiri, dia pasti merasa kelelahan tapi semangat yang luar biasa mampu menutupi semua itu. Istimewannya adalah prestasi belajarnya yang tidak menurun. Sebagai wali kelas yang sangat perhatian dan kagum terhadap muridnya. Bu Sri memberikan tawaran kepada Hasta untuk tinggal di rumahnya selama beberapa bulan sampai tiba waktu ujian akhir SMA. Dengan pertimbangan agar dapat lebih fokus belajar, tidak kelelahan, dan menjaga dari hal-hal yang tidak diingkan di perjalanan. Singkat kata, Hasta bersedia tinggal di rumah Bu Sri. Selama tinggal di sana, Hasta tidak berpangku tangan saja. Setiap hari, ia membersihkan musala yang jika malam dijadikannya sebagai tempat untuk melepas penat dan belajar. Kegiatan di rumah pun ia kerjakan tanpa mengenal lelah dan selalu gembira. Hasta memang sungguh anak yang luar biasa.

      Terusik oleh apa yang diperlihatkan Hasta sehari-hari itulah yang membuat Ibu Sri bertanya bagaimana sebenarnya dia menghadap dan menjalani hidup ini. Jawabannya sangat luar biasa.

      "Kalau dipikir-pikir, dari kecil saya sudah hidup kekurangan, buat hidup saja susah apalagi buat sekolah, tapi selalu ada jalan yang tak pernah saya duga. Nyatanya hingga saat ini saya masih tetap hidup dan tetap bisa sekolah. Jadi, buat apa saya takut menghadapi sesuatu hal yang belum tentu terjadi. Saya selalu yakin dan percaya dengan pertolongan Tuhan," begitu penjelasan Hasta.

      Ketika jawaban itu menjadi bahan renungan Ibu Sri, beliau menemukan pemaknaan yang sangat dalam bahwa kita tidak pernah terlahir sia-sia. Untuk apa takut menghadapi sesuatu yang belum pasti. Jalani saja karena pertolongan Tuhan itu sesungguhnya sangat dekat."

Bagus bukan ceritannya... semoga tulisan ini menguatkan bagi semua pembaca. Mari lebih semangat menjalani hidup ini, apa pun mimpi kalian, kejarlah dengan sepenuh hati. 
GBU ... :D

Senin, 11 Mei 2015

Berbagi Tulisan Masa Lalu

Sudah bulan Mei 2015, hehe.... kemana tulisanku di bulan April 2015?... hehe lagi-lagi kadang sudah nengok blog ini dan berencana mau menuliskan minimal satu tulisan di bulan April tapi kebentur rasa malas untuk menggali inspirasi untuk bahan tulisan. Bulan ini, sebenarnya juga masih cukup malas untuk mencari inspirasi lagi... tapi teringat beberapa tulisan yang pernah aku tulis dulu "kalau melihat tahunnya lagi", ternyata sudah lama toh. Sebuah tulisan yang masih tersimpan di laptop dan yang tak pernah terpublikasikan dimanapun... hehe... tapi kali ini aku mau membaginya... :D
Sebuah tulisan yang berisi sebuah ungkapan kegalauan dari seseorang, tulisan ini tercipta saat lagi galau banget.... hahaha....
Silahkan menikmati...


Ku berjalan di padang tandus
 Mencoba untuk tetap langkahkan kaki
Aku tak tau apa yang akan menghadangku di depan sana
Keraguan dan ketakutan terus saja membayangi langkahku
Sejenak terdengar suara . . .
“Jangan takut Aku selalu mendampingimu anakku”
Tapi tak ku hiraukan suara itu
Dan ku tetap merasa berjalan sendiri
Berbagai pikiran muncul di otakku
Apa aku bisa melanjutkan langkahku?
Apa yang akan terjadi di depan sana?
Apakah ada seseorang yang akan menemani langkahku nanti?
Seseorang yang tau segala kelemahanku?
Seseorang yang mau menghiburku dikala aku jatuh?
Seseorang yang mau tertawa bersama dikala aku senang?
Seseorang yang mau menerima kehadiranku dan kelemahanku?
Dapatkah aku menemukan seseorang itu?
Apakah ada seseorang yang memang diciptakan untuk menemani hidupku?
Huuft....
Sekali lagi terdengar suara meski samar,...
“Aku selalu menemanimu anakku, Aku tak pernah meninggalkanmu, percayalah,
Tenangkan dirimu Aku telah merencanakan hidup yang indah buatmu”
Sekali lagi tak ku tanggapi suara itu
Dan ku mulai mengeluh lagi
Bisakah aku hidup?
Aku kesepian?
Sepertinya tak ada orang yang mempercayaiku
Muncul lagi suara,...
“Aku percaya padamu sepenuhnya anakku”
Tak ku gubris lagi suara itu
Oh tidak nampaknya hidupku tak berarah
Hidupku berantakan
Hidupku?
Sebenarnya untuk apa aku hidup di dunia ini?
Aku mulai berteriak,
Hei untuk apa sebenarnya aku Kau ciptakan?
Apa aku sungguh berarti bagiMu?
Apakah Kau akan memakai ku sebagai alatMu?
Apa sebenarnya tujuanMu terhadap hidupku ini?
Kenapa Kamu diam!!!
Aku sungguh lemah, benar lemah
Hik..hik...
Muncul lagi suara itu,...
“Jangan menangis anakku, aku tau kesedihanmu kok”
Masih saja aku menangis dan tak mau mendengarkan suara itu
Bisakah aku lanjutkan hidupku?
Terdengar lagi suara,...
“Pasti bisa!”
Bisakah aku menyelesaikan sisa hidupku ke depan?
Apakah aku bisa menemukan seseorang itu?
Suara itu muncul lagi,...
“Pasti bisa anakku, yakinlah padaKu, Ku pastikan kamu akan mendapatkan seseorang itu karena Aku telah merencanakan sesuatu untukmu, jangan sedih lagi yak”
Bisakah aku.....hik...hik...
“Hik....hik....Ku mohon jangan menangis lagi anakKu”

(10 Juli 2012)



heh.... tulisan ini ternyata sudah cukup lama, sudah hampir tiga tahun yang lalu.... Bagaimana dengan keadaan sekarang?... kok masih sama ya T_T.... hiks...hiks....hiks.... kapan?... tapi kok malah aku yang menunggu?... hahaha.... Tuhan tolong beri aku pencerahan... beri aku tanda hahaha....
wis cukuplah tulisan ini aku bagi. Semoga yang baca tidak ketularan galau....hehe.
Tetap semangat pembaca. GBU!!!

Rabu, 11 Maret 2015

Puisi lagi, untuk Mereka

Hai....
Kali ini entah kenapa ada sesuatu yang mengganjal hatiku dan ingin sekali aku bagikan isi hati yang mengganjal ini...hehe

Akhir-akhir ini sekolah disibukkan dengan persiapan ujian praktek, ujian sekolah, maupun ujian nasional. Nah aku pun terlibat dalam ujian kelas XII SMA ini, meskipun belum terlibat penuh, karena hanya sebagai pembantu guru mapel fisika kelas XII, yaitu sebagai korektor II & pengawas dalam ujian praktikum dan ujian sekolah. Tetapi aku sangat bersyukur karena pada akhirnya aku mendapatkan sebuah pengalaman baru lagi.

Ada cerita menarik saat menjadi pengawas dan pemandu dalam ujian praktikum dan ujian sekolah. Tetapi tidak akan saya ceritakan secara lengkap....hehe...
Yang paling ingin aku ceritakan adalah kejadian tadi pagi saat membantu mengawasi ujian sekolah. Melihat mereka (baca: para siswa) menerjakan soal-soal ujian sekolah adalah sesuatu banget...hehe...
karena saat melihat mereka, pikiran ini langsung melayang menuju kenangan nostalgia kala masih duduk di SMA. Hei aku juga merasakannya kok, perasaan tegang, ingin lulus, ingin mendapatkan nilai yang bagus, dan perasaan yang lainnya yang tentunya aku pun pernah mengalaminya.

Melihat siswa yang setres saat mengerjakan soal-soal ujian sekoklah... membuat hatiku bergetar tetapi mampu membuat bibir ini tersenyum... "tenang, tak usah tegang dan tak usah khwatir kalian pasti bisa melalui semua ini", mungkin itulah beberapa potongan kata-kata yang ingin aku ucapkan kepada mereka.

Dan tadi, setelah masuk kelas dan tugas mengisi berita acara dan mengecek daftar kehadiran siswa dalam ujian sekolah dirasa sudah beres, aku coba iseng membuat puisi. Tadi, sih puisi ini kutulis dikertas, dan sekarang aku tulis kembali di blog ini...


Masih muda itu ada tidak enaknya
Apalagi dahulu kala tidak suka fisika
Sudah pengalaman minim
Ditambah lagi pengetahuan juga tak kalah minim

Kadang sudah berusaha keras
Meski belum sekeras besi
Tapi masih saja membuat kesalahan
Banyak membuat siswa bingung
Dan terkadang malah menjerumuskan ke dalam miskonsepsi

He...he... maaf
Maaf 1000x teman :D
Bukan maksud hati menjerumuskanmu
Tapi beginilah aku
Semoga kau mau mengerti

Dan kini...
Kuharap kau tak lagi bimbang
Meski kadang masih ada miskonsepsi sana-sini
Percayalah ...
Aku sudah coba meminimalisir miskonsepsi itu seminimal mungkin kok
Meski mungkin toh tetap masih ada satu-dua 
Jadi, tetaplah melangkah jangan ragu
Kejarlah cita-citamu

Seandainya di depan sana 
Kau menemui ilmu yang asing
Yang harusnya sudah kuajarkan kepadamu
It's oke... salahkanlah aku
Aku rela...


Haha....sebuah puisi yang kalau dibaca terkesan aneh seperti bukan sebuah puisi...
tapi bagiku ini adalah sebuah puisi, yang mungkin memang aneh tapi ya tetap sebuah puisi...hehe
Sebuah ganjalan hati yang coba kutuangkan ke dalam puisi...
Sekian...semoga bisa berguna & menjadi berkat.
BD

Kamis, 05 Februari 2015

Iseng-iseng Membuat Lagu Spontan Untuk Menghibur Diri

Malam ini aku capek banget, capek fisik dan jiwa....hehe
Capek jiwa dan pikiranku karena banyak hal yang dipikirkan dan direncanakan tetapi masih kurang semangat untuk memulai merencanakan dengan matang. Kadang pikiran dan rencana dalam otak sudah tersusun rapi tetapi prakteknya masih saja terkendala semangat.

Di dalam kecapekan yang dalam, aku mencoba menghibur diri dengan main gitar...
Kadang hanya genjreng-genjreng tak jelas atau menyanyikan lagu kesayangan. Tapi kali ini aku iseng-iseng spontan membuat sebuah lagu, meski rada aneh lagunya tapi lagu ini curahan dari hati dan jiwa yang akhir-akhir ini kurasakan mengalami kekosongan dan jauh dari Sang pencipta.

Begini lirik lagunya.... liriknya pakai bahasa jawa...hehe semoga yang baca tulisan ini bisa mengerti...


"Salibku Abot Aku Rapopo"

Salibku abot
Aku t'rima
Aku rekoso
Aku t'rima

Aku tibo
Gusti nulungi
Aku jungkel
Gusti nambani

Salibku abot
Aku rapopo
Mergane Gusti
Ngewangi ngangkat
Ngangkat salibku 
Salibku sing abot

Salibku abot aku rapopo
Salibku abot aku rapopo



Itulah lirik lagunya, meski berbahasa jawa tapi tetap asyik lho kalau dengar lagunya....hehehe
Yap hanya ini yang bisa ku bagi sekarng....semoga dapat menjadi berkat bagi semua...GBU

Minggu, 01 Februari 2015

Tak Perlu Hal-hal yang Besar untuk Membuat Sesuatu yang Besar

mmm... sebelum bulan Februari aku mau mengirimkan suatu tulisan yang pernah aku buat waktu masih kuliah. Tulisan ini pernah ku kirmkan ke majalah kampus tapi tidak pernah diterbitkan... dan majalah itu ternyata juga sudah tidak terbit lagi...hehe
menarik lho silahkan dibaca...
ups tapi tampaknya sudah bulan Februari ni..hehe sayang sekali di bulan Januari blog ini kosong...
dan sayang sekali diakhir bulan ini aku tidak jadi mengirimkan sebuah cerita pengalaman ke lomba nulis pengalaman guru....sayang sekali, tulisanku belum jadi... aku akhir-akhir ini malas untuk menulis... aku benar-benar menyesal gagal menyelesaikan tulisanku...sayang sekali aku tidak ikut lomba nulis lagi....hu...hu...
Okelah sekarang mending nostalgia dengan tulisan lamaku saja ya...hehe... silahkan dibaca dan dinikmati lika-liku jalan ceritanya...


TAK PERLU HAL-HAL YANG BESAR UNTUK
MEMBUAT SESUATU YANG BESAR
 

       Setelah semua mata kuliah rampung, sebelum aku pulang selalu ku sempatkan mampir dulu di perpustakaan kampus Sanata Dharma Yogyakarta. Sebenarnya hari itu aku kuliah sampai jam 3 sore tapi karena satu mata kuliah kosong jadi aku pulang lebih awal jam 11.00 WIB. Setelah masuk perpus aku langsung menuju ke tempat Workstations ( WS ), aku paling sering masuk ke WS karena disana aku dapat internetan gratis, he..he..mumpung gratis. Kebetulan waktu itu aku kerja tugas bareng temanku. Setelah rampung kerja tugas teman ku pamit mau pulang dulu, tak selang berapa lama aku pun menyusul pulang. Ku menuju parkir untuk mengambil motorku. Setelah aku dah siap di atas motor, langsung ku tancap gasku nuju rumah dengan semangat maklum sudah mau pulang senang banget rasanya he..he.. 

       Baru beberapa meter meninggalkan kampus tercintaku ada seorang anak laki-laki yang menyalib ku dengan tenang. Dia mengendarai PITOENG (motor tahun 70’an), ku terkejut kecil dan mataku mulai tertarik sama anak itu. Ku lihat sebentar, tadi dia juga keluar dari parkiran Sadhar, “berarti dia anak Sadhar juga," kataku dalam hati. "Wah hebat benar anak ini, dengan pedenya dia melaju mengendarai pitoeng ke kampus,” kata ku kecil dalam hati. Jarang ku temui anak jaman sekarang mau mengendari motor tua seperti itu, anak sekarang paling tua motornya tahun 90’an, tapi dia? Betul-betul luar biasa semangatnya, pikirku. Apalagi anak kuliahan sudah banyak yang pakai mobil. Aku betul-betul tertarik dengan semangatnya. Karna saking semangatnya kubuntuti dia sambil aku pulang. Aku pengen tahu dia tinggal dimana, dan aku juga pengen kenal dengan anak tadi. Ku kendarai motorku tepat dibelakangnya, ku mencoba untuk mengimbangi tarikan gasnya. Jika dia melaju cepat aku juga ikut cepat begitu juga sebaliknya jika dia melambat, aku pun ikut melambatkan motorku, agar aku tak kehilangan jejaknya. Oh..ya sebelum pulang tadi sebenarnya aku berencana mau mampir ke pom bengsin. Biasanya aku beli bengsin di pom bengsin jalan kaliurang, tepatnya perempatan jalan kaliurang ke selatan dikit. Aku biasa ke pom bengsin itu karena sejalur dengan rumahku. Rumahku cukup jauh lho di godean. Aku biasa lewat jalur cepat (ring road) supaya cepat.

       Kembali lagi ke anak pitoeng tadi, ku terus membuntutinya, setelah melewati perempatan UPN, masih saja dia terus melaju lurus. Setelah itu perempatan condong caturpun dilewatinya. Aku yang ada di belakang motornya mulai berpikir dimana ya sebenarnya rumahnya?, apa dia sejalur dengan rumahku?, pertanyaan itu mulai muncul di otakku. ”Tapi jangan buru-buru memutuskan”, kata ku dalam hati, ku mulai fokos membuntutinya lagi. Tak terasa aku sudah sampai di perempatan ring road sebelah selatan kronggahan dan anak pitoeng tadi masih saja lurus. ”Wah benar-benar mau nuju ke arah godean ni”, pikirku lagi. Ku mulai bersemangat memfokoskan pengejaranku lagi. Setelah 1km melewati perempatan tadi aku mulai berpikir, ”cepat juga anak pitoeng tadi mengendarai motor tuanya.” Dan pada saat itu ku lihat jarum spedo motorku, (berniat meningkatkan kecepatan motorku he..he..) karena dia makin jauh dariku. Sesaat juga ku tak sengaja lihat jarum penunjuk bengsinku. ”Eh...kok limit banget ya”,...ku berpikir sebentar. Oh iya, tadikan aku mau mampir di pom bengsin jalan kaliurang. Baru kusadari saat itu juga aku lupa....(memalukan). ”Semua gara-gara anak pitoeng tadi”, gerutuku. Setelah melewati selokan mataram ku mulai berpikir, ku buntuti terus ga’ y? Ku sudah lupa beli bengsin gara-gara anak pitoeng tadi. Maklum ku bingung setelah melewati selokan mataram karena biasanya, aku dari ring road terus memotong jalan kemudian lewat jalan kecil pinggir selokan mataram biar makin cepat sampai rumah he..he.. Setelah melewati sungai jaman Jepang itu aku memutuskan untuk mengakhiri membuntuti anak pitoeng tadi. Ini karna bengsinku makin limit. ”Sudah cukup sampai disini tunggu hari berikutnya”, kataku dalam hati. 

       Dari pengalaman itu yang paling ku soroti adalah ketertarikanku akan semangat anak pitoeng tadi. Di atas motor selama ku membuntutinya tadi, sebenarnya aku juga merenungkan sesuatu, ”Tidak harus hal-hal yang besar untuk membuat sesuatu yang besar. Tetapi lewat hal-hal kecil pun bisa membuat sesuatu yang besar”. Dan beruntungnya aku ini karena lebih beruntung dari anak pitoeng tadi. Anak pitoeng tadi mau memakai motor tua itu karna mungkin kekurangan, tetapi dalam kekurangannya dia tetap semangat untuk meneruskan kuliah demi mengejar cita-citanya. Tak perlu malu pakai motor pitoeng yang penting ada motor yang bisa mengantarkannya sampai ke kampus mungkin itulah yang ada di benak anak pitoeng tadi. Malu aku, iri aku dengan perilakunya, dengan semua semangatnya. Kadang hanya karena masalah sepatu ku sudah usang, aku malu memakainya. Ada lagi aku hanya punya celana 1 untuk kuliah, semua itu sempat menghapus semangatku. Tapi kini ada anak pitoeng yang berbeda jauh dariku begitu semangat mengayuh hidupnya meski dengan segala keterbatasannya, mungkin juga dengan sejuta rasa malu yang dipendamnya dalam hati. Tapi kenapa denganku?, ada apa denganku?, apa yang aku lakukan selama ini?. Lagi-lagi ku berkata, aku lebih beruntung dari anak pitoeng tadi, aku benar-benar lebih beruntung darinya. Dan aku juga lebih beruntung dari semua anak yang ga’ bisa kuliah karna keterbatasan dana. Selama ini aku selalu malas-malasan belajar. ”Harusnya aku sadar”,  kataku dalam hati. Terimakasih Tuhan lewat kejadian tadi aku dapat sedikit sadar tentang keberadaanku dan kekuranganku, beruntungnya aku ini yang bisa kuliah. Terimakasih Tuhan. Engkau benar-benar selalu ada di sampingku yang siap menegurku jika aku melenceng sedikit darimu. Terimakasih Kau selalu menyertaiku. Satu hal lagi, ”tidak harus memakai hal-hal yang besar untuk membuat sesuatu yang besar, tetapi hal-hal yang kecil itu pun bisa membuat sesuatu yang besar”. Tak perlu hal-hal yang besar untuk bisa kuliah tapi cukup semangat dan kerja keras yang tinggi. 
Tulisan ini kutulis waktu masih semester 2 kalau tidak salah...hehe... atau mungkin semeser 3 hehe pokoknya masih awal-awal kuliah... semoga tulisan ini dapat menjadi berkat hehe bagi semua...
Terimakasih. GBU.