Senin, 22 Juni 2015

Sejenak Menyegarkan Diri & Jiwa dengan Sebuah Musik

Ada sesuatu keputusan yang harus aku buat. Meski keputusan itu berat, tapi aku tetap harus tegas untuk memutuskannya. Harus!.

Di tengah kegundahan sebuah masalah yang sedang ku alami, tapi aku memang harus menentukan sikap dan memilihnya. Mari menyegarkan diri dan jiwa dengan mendengarkan sebuah lagu.
Lagunya Cold play... A Sky Full of Stars
Mungkin dengan mendengarkan lagu ini akan sedikit membuatku nyaman untuk mengambil keputusan. hehehe....

Nikmatilah...


Lagunya asyik toh...
Dulu banget tepatnya awal tahun 2000'an aku menyukai Band ini tapi entah seiring berjalannya waktu aku mulai tidak mengikuti album-album mereka. Dan entah apa sebabnya kini aku mulai kembali menyukai mereka lagi.
Sejenak menikmati lagu untuk menyegarkan jiwa dalam diri ini.
GBU.

Senin, 15 Juni 2015

Nonton Konser Sheila on 7 Waktu itu

Kali ini aku mau berbagi tentang hobiku yang lain. Sebuah hobi yang berkaitan dengan musik. Yak... gini-gini aku juga penggemar musik dan salah satu band favoritku dari sejak zaman SD adalah Sheila on 7. Seperti saat mau memilih klub sepak bola mana yang akan aku pilih untuk dijadikan penggemarku selamanya...hehe... Waktu mau memilih band favorit pun sebelumnya aku menimang-nimang dan memilih band-band apa saja hingga akhirnya aku pun menjatuhkan pilihanku pada sebuah band Sheila on 7.

Setelah menjatukan hatiku pada Sheila on 7, langsung saja aku mengikuti (lumayanlah) perjalanan musik si Sheila on 7. Dari album ke-1, 2, 3, 4, album very best, 5, 6, dan album ke-6, sudah aku miliki... yeah... Tapi sayang untuk album legendaris - album pertamanya - hilang. Kejadiannya saat kaset album pertama itu tertinggal di laci bangku SMA. Waktu itu ada temanku yang pinjam dan sudah dikembalikan tapi ternyata aku lupa membawa pulang kaset legendaris itu dan saat keesokan harinya aku cari e... ternyata sudah hilang entah kemana. hik...hik... Untuk album ke-7 dan album terbaru ke-8 belum aku miliki hingga saat ini.... entah mengapa semenjak munculnya mp3 aku jadi sedikit ikut malas untuk membeli kaset. Tapi masih ada keinginan untuk mencari lagi album-album Sheila on 7 yang belum pernah ku miliki itu. Semoga aku semangat untuk mencarinya. hehe...

Meskipun aku pengemar band Sheila on 7 dan sudah memilik lumayan album-album mereka tetapi ternyata aku bukanlah orang yang gaul...haha... alias kurang gaul atau mungkin masih kurang berani untuk main. Hal itu terbukti aku belum pernah nonton konser Sheila on 7...haha... Sebenarnya pengen banget nonton konsernya Sheila on 7 tapi karena gak ada teman dan kurang gaul tadi akhirnya sampai aku lulus kuliah belum pernah sekalipun aku nonton itu konser. Menyedihkan banget...

Tapi akhirnya di bulan April 2015 di Gor UNY aku bersama teman-teman kampung bisa nonton konser band favoritku itu. Yeah... kesampaian juga akhirnya. Dan kemarin Mei 2015 ini juga ada lagi konsernya Sheila on 7, pengen nonton lagi tapi akhirnya gagal. Huft... semoga besok kalau ada konsernya lagi, khususnya di Jogja (yang dekat) aku bisa nonton bareng teman-teman atau mungkin bareng sama pacar yang sekarang entah kemana belum juga nongol dan belum juga ku temukan. Mungkin dia sedang menungguku di masa depan...hahaha... semoga aku menemukannya dan tidak keduluan yang lain haha.... Bantu aku Tuhan...hehehe...

Pas nonton konser Sheila on 7 bulan April kemarin, seru banget... pokok.e manteb.. gur siji sik kurang - jam 23.00 konser.e wis rampung. Jadi kurang puas... Yang paling mengesankan pas konser adalah saat nyanyi bareng sama penonton lain setiap kali Sheila on 7 nyanyi...pokok.e seru. Berasa seperti saat insadha (ospek) di kampus USD Jogja waktu itu...hehe... semua pada nyanyi dan loncat-loncat... dan ada lagi yang menakjubkan saat Sheila on 7 membawakan lagu Pemuja Rahasia, semua penonton disuruh sama sang vokalis - Pak Duta - untuk memegang HP (dihidupkan) masing-masing dan diangkat tinggi kemudian diayunkan ke kanan - kiri. Pemadangannya pas lagu itu sungguh dasyat.

Ini sebagian video pas konser di Gor UNY bulan April kemarin...


Mungkin tampak biasa di video ini tapi feel-nya pas nonton konsernya langsung benar-benar menakjubkan... 

Dan salah satu lagu lama dan favoritku akhirnya juga dibawakan - yang ku tahu sangat jarang dibawakan waktu konser - judulnya PEDE. Lagu yang isinya menceritakan "aku ini seperti ini apa adanya tapi aku itu menyukaimu." Hehehe... itu kalalu aku yang mengartikanya. Hahaha.... sedikit bercanda dan hanya guyonan kok. Ini Video klipnya...


Yah... itulah sedikit berbagi cerita dariku saat nonton konser musik. Mungkin kata-kata di atas sedikit atau banyak yang berlebihan tapi intinya nonton konser kemarin adalah untuk menghibur diri saja, dari segala rutinitas yang terjadi. Yang paling penting akhirnya aku bisa nonton konsernya band favorit, semoga besuk entah kapan bisa nonton kembali.
Sekian - Selamat Subuh.
GBU :D

Jumat, 12 Juni 2015

Sekedar Berbagi Tulisan

Selamat menikmati bulan Juni 2015...
Kali ini saya ingin membagikan sebuah tulisan yang menarik. Sebuah tulisan dari seorang Guru yang pernah dimuat di sebuah buku "Kapur & Papan 3 - Kisah Guru-guru Pembelajar." Bagi yang tertarik mau memiliki buku tersebut silahkan cek di toko-toko buku terdekat atau juga bisa membeli lewat online, silahkan hubungi dan inbox lewat FB: Lomba Nulis atau email: linkprint11@gmail.com.

Entah kenapa setiap kali selesai membaca sebuah buku yang menginspirasi dan menguatkan selalu saja hati ini ingin membagikan kepada orang lain.

Tulisan ini sengaja saya tulis ulang sesuai aslinya, selamat membaca & menikmati...


PETARUNG YANG TANGGUH
(Yulfitri Retno Ambarsari. Kapur & Papan 3. Yogyakarta: Penerbit Lingkarantarnusa, hlm. 43-46)

"Terkadang ada orang yang bertanya pada saya, untuk apa sekolah sampai S3, sedangkan anak-anak saya juga sedang banyak membutuhkan biaya?" ujar Ibu Sri mengawali kisahnya. "Kalau dipikir-pikir, biaya yang harus dikeluarkan setiap semesternya banyak sekali. Tapi saya terlanjur kena sindrom yang ditularkan dari murid saya, sindrom berupa perasaan yang tidak pernah takut kekkurangan karena pasti akan selalu ada jalan," jelasnya lagi. Pelajaran luar biasa yang beliau ambil dari salah satu siswanya. Dan dari sinilah kisah itu bermula.

      Seorang Ibu dengan empat orang anak, kedua anaknya duduk di bangku perguruan tinggi, sedangkan satu anaknya duduk di bangku sekolah menengah, dan yang paling bungsu masih Sekolah Dasar, sudah pasti membutuhkan biaya pendidikan yang tidak sedikit. Apalagi beliau, saat ini juga tengah melanjutkan studi jenjang pendidikan S3, program doctoral di Universitas Negeri Yogyakarta. Beliau adalah seorang guru yang cerdas, hal itu dibuktikan dengan keberhasilan beliau menjuarai beberapa kompetisi, entah atas nama pribadi maupun institusi karena menemani dan mendampingi siswa. Kecintaannya pada ilmu membuat beliau menjelma dari guru biasa menjadi guru luar biasa. Mungkin bagi sebagian guru, kuliah jenjang S2 saja sudah cukup tapi beliau masih semangat untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu S3.

      "Aku tidak ambisi jadi apa-apa, kok. Aku hanya ingin menambah ilmu untuk murid-muridku," ucap beliau sambil tertawa riang. Dalam arti, beliau tidak mengincar jabatan gelar doktor yang kelak akan disandangnya setelah lulus nanti. Semua itu tentu tidak terjadi begitu saja, perkenalannya dengan seorang murid yang luar biasa, mampu menginspirasi dan menyentuh hati beliau sampai saat ini.

      Adalah seorang siswa di sekolah kami yang berhasil mencuri perhatian teman guru kami tersebut. Hasta namanya. Kesehariannya sangat sederhana. Ia berasal dari keluarga yang kurang mampu. Rumahnya di Imogiri yang berjarak kurang lebih 20 kilometer dari sekolah. Jarak sepanjang itu ditaklukkannya dengan bersepeda. Setiap hari datang ke sekolah selalu tepat waktu. Jika didramatisir, peluh yang membasahi wajahnya sulit dibedakan dengan air yang dipakai untuk membasuh muka. Orang yang tidak tahu tentangnya pasti mengira Hasta habis cuci muka. Padahal wajahnya kuyup oleh keringat, mungkin beda di aromannya saja... hehe...

      Kesulitan ekonomi tak pernah membuat Hasta menjadi pribadi yang rendah hati. Hasta tetap supel dan ceria seperti remaja pada umumnya. Bahkan bisa dibilang tidak pernah sekalipun ia mengeluh. Semua kepahitan dijalani dengan santai seolah tanpa beban. Ayahnya seorang penarik becak sedangkan ibunya bekerja sebagai buruh bangunan. Adiknya dua orang dan semuanya bersekolalh juga. Tidak membawa uang saku, itu adalah hal yang biasa. Terlambat membayar biaya sekolah, bukanlah hal yang aneh juga. Hidupnya serba kekurangan materi. Beruntunglah dia mempunyai kecerdasan di atas rata-rata, sehingga Hasta sering mendapat beasiswa untuk meringankan beban orang tuanya.

      Pekerjaan orang tuannya tidak pernah membuatnya malu, bahkan Hasta tidak segan memperkenalkan orang tuannya pada guru-guru di sekolah. Seperti ketika dia menjabat sebagai ketua kegiatan keagamaan di sekolah, dia mengajak ayahnya ke sekolah untuk membantu mengangkut tikar-tikar yang ada di musala sekolah untuk dicuci. Tikar-tikar tersebut diangkut menggunakan becak ayahnya, sementara Hasta mengiringi di belakang dengan sepedanya. Tak ada yang menyuruh, semua inisiatif dari Hasta sendiri.

      Jika dipikir-pikir, kadang tak habis dimengerti, jarak rumah sangat jauh, datang ke sekolah tidak pernah terlambat, padahal hanya menggunakan sepeda. Di sekolah pun masih mau terlibat dengan kegiatan yang luar biasa. Ada lagi kebiasaannya yang sungguh membuat aku tercengang yaitu ketika mendengar cerita ini. Hasta terbiasa puasa nabi Daud, sehari berpuasa, sehari berbuka. Sungguh suatu hal yang tak mudah dilakukan bagi anak seusianya. Namun, semuanya itu dijalani dengan tenang tanpa keluhan. Di sekolah, ia masih bisa tertawa tanpa beban sedikit pun. Kehidupan yang keras telah menempannya dengan baik, memberikan pelajaran yang tak ia dapatkan dari bangku sssekolah manapun. Benar-benar anak yang teruji, serta mampu memberi pengaruh positif bagi teman-teman dan lingkungan di sekitarnya. Sesuatu yang ia tampilkan itulah yang mampu menjadi teladan istimewa.

      Ketika Hasta duduk di kelas akhir bangku SMA, itulah awal kedekatannya dengan wali kelas yang menceritakan semua kisah ini padaku. Lebih dari dua tahun, Hasta menjalani rutinitas yang sama. Tetap bersepeda 40 kilometer setiap hari. Tak dimungkiri, dia pasti merasa kelelahan tapi semangat yang luar biasa mampu menutupi semua itu. Istimewannya adalah prestasi belajarnya yang tidak menurun. Sebagai wali kelas yang sangat perhatian dan kagum terhadap muridnya. Bu Sri memberikan tawaran kepada Hasta untuk tinggal di rumahnya selama beberapa bulan sampai tiba waktu ujian akhir SMA. Dengan pertimbangan agar dapat lebih fokus belajar, tidak kelelahan, dan menjaga dari hal-hal yang tidak diingkan di perjalanan. Singkat kata, Hasta bersedia tinggal di rumah Bu Sri. Selama tinggal di sana, Hasta tidak berpangku tangan saja. Setiap hari, ia membersihkan musala yang jika malam dijadikannya sebagai tempat untuk melepas penat dan belajar. Kegiatan di rumah pun ia kerjakan tanpa mengenal lelah dan selalu gembira. Hasta memang sungguh anak yang luar biasa.

      Terusik oleh apa yang diperlihatkan Hasta sehari-hari itulah yang membuat Ibu Sri bertanya bagaimana sebenarnya dia menghadap dan menjalani hidup ini. Jawabannya sangat luar biasa.

      "Kalau dipikir-pikir, dari kecil saya sudah hidup kekurangan, buat hidup saja susah apalagi buat sekolah, tapi selalu ada jalan yang tak pernah saya duga. Nyatanya hingga saat ini saya masih tetap hidup dan tetap bisa sekolah. Jadi, buat apa saya takut menghadapi sesuatu hal yang belum tentu terjadi. Saya selalu yakin dan percaya dengan pertolongan Tuhan," begitu penjelasan Hasta.

      Ketika jawaban itu menjadi bahan renungan Ibu Sri, beliau menemukan pemaknaan yang sangat dalam bahwa kita tidak pernah terlahir sia-sia. Untuk apa takut menghadapi sesuatu yang belum pasti. Jalani saja karena pertolongan Tuhan itu sesungguhnya sangat dekat."

Bagus bukan ceritannya... semoga tulisan ini menguatkan bagi semua pembaca. Mari lebih semangat menjalani hidup ini, apa pun mimpi kalian, kejarlah dengan sepenuh hati. 
GBU ... :D