Kamis, 31 Maret 2016

Maafkan saya Pak!

Hei penggemar....hehehe... berharap ada penggemar blog ini... yang selalu menantikan cerita-cerita dari saya... hehe

Selamat Paskah bagi yang merayakannya... Semoga apa yang sudah Tuhan lakukan pada kita semakin membuat kita untuk mencintai sesama dan mau berbagi kepada sesama.
Kali ini, saya mau berbagi tentang sesuatu hal yang saya alami selama menggeluti pekerjaan saya, sebagai seorang guru. Silahkan dibaca dan selamat menikmatinya...



Pada hari Senin, 30 Maret 2016 ada pelatihan dan pembekalan kurikulum saintifik kepada para guru se-Kabupaten Sleman Yogyakarta. Kurikulum itu adalah kurikulum KTSP 2006 yang dibalut dengan langkah-langkah mendekati kurikulum 2013. Pelatihan tersebut bertujuan untuk menyiapkan para guru se-Kabupaten Sleman untuk menghadapi pembelajaran tahun ajaran 2016/2017 yang akan datang.

Saat saya mendapat undangan dari Bapak Kepala Sekolah, saya merasa senang sekali. Karena, menurut saya pelatihan tersebut akan sangat membantu saya dalam bekerja. Bukan hanya itu saja, tetapi pelatihan tersebut juga akan mempertemukan saya dengan para guru se-Kabupaten dan pikir saya di sana nanti, kami para guru bisa saling kenal dan mungkin juga bisa berbagi pengalaman tentang informasi ataupun tentang pengalaman mendidik siswa-siswi di sekolah masing-masing.

Setelah saya baca undangan pelatihan tersebut, ada setitik semangat yang membuat saya semangat untuk hadir. Setitik semangat itu yaitu akan diundangnya juga dalam pelatihan tersebut seorang guru fisika, yang dulu pernah menjadi guru fisika saya saat SMP. Pikir saya ini akan menjadi reuni yang menyenangkan. Meskipun saya tahu, guru fisika tersebut pasti tidak ingat lagi dengan saya. Hehe... “Siapakah aku ini, sampai seorang guru masih mengingatku?.” Saya termasuk siswa yang biasa saja saat masih belajar di SMP. Dibilang nakal ya tidak, dibilang baik ya mungkin iya...hehe... tapi tetap terlihat biasa saja. Dibilang pintar jelas tidak, dibilang bodoh juga tidak... jadi rata-rata dan biasa saja. Untuk itu sudah dapat dipastikan saya tidak akan dikenang oleh guru manapun. Huhuhu... sedih memang. Kondisi ini sangat berkebalikan bila dibandingkan saat saya masih duduk dibangku SD. Saya sangat nakal... hehe dan dapat dipastikan semua guru SD, pasti mengingat saya. Haha terlalu berharap...#$%@$#....

Kembali lagi ke inti tulisan ini...hehe
Rencana saat bertemu dengan guru Fisika SMP tersebut saya akan bersalaman dan bercerita bahwa saya ini adalah salah satu muridnya dulu. Tujuan saya adalah mengucapkan terimakasih lewat cerita dan menunjukkan bahwa ada salah satu muridnya yang tidak pernah dikenang, tidak pernah diperhitungkan karena biasa saja, ataupun tidak pernah apapunlah di mata Beliau. Kini mengikuti jejaknya menjadi seorang guru Fisika. Terbayang begitu senangnya hati ini saat melihat wajahnya begitu mendengar cerita saya. Tetapi timbul juga pertanyaan-pertanyaan yang muncul, “Apakah Beliau akan bahagia begitu mendengar cerita dari saya ataukah itu hanya cerita biasa yang sudah sering Beliau dengar saat bertemu dengan beberapa muridnya dulu?, atau Apakah Beliau malah akan menjadikan saya alat untuk mengerjakan tugas dalam pelatihan nanti?.” Ada rasa kecangggungan dalam diri ini.

Dan pada akhirnya, sampai selesainya acara pelatihan kurikulum tersebut. Saya tidak pernah mendekatinya apalagi bersalaman ataupun bercerita panjang lebar seperti yang saya rencanakan. Gagal total... Saya benar-benar terlalu canggung untuk memulai menemuinya dan sekedar bersalaman ataupun mengucapkan salam. Padahal hati ini benar-benar ingin melakukan apa yang sudah direncanakan. Huft...

Beberapa hari setelah acara tersebut, saya bercerita pada ibu saya. Dan ibu bilang begini, “Wah dosa koe!, kui ki gurumu sik wis berjasa karo koe!.” Hati ini tambah makin merasa bersalah, tapi mau bagaimana lagi, semua sudah terjadi. Yang sudah biarlah sudah. Saat saya melihat Beliau di acara pelatihan kurikulum tersebut, Beliau sudah tampak tua, rambutnya sudah banyak yang putih. Kemungkinan telat disemir ataupun memang sengaja tidak disemir. Rambutnya terlihat tidak serapi dulu. Sekarang ternyata Beliau sudah sangat tua. Dan atas segala hal yang saya rasakan sekarang, muncullah ide untuk menulis ungkapan perasaan dalam hati ini, saat saya sedang mengawasi TPM siswa kelas IX SMP. Begitupun puisi di bawah ini...

Maafkan saya Pak Sumantri
Karena saya membuang muka dan seolah tak mengenalmu lagi
Padahal engkau sudah ada di depanku
Maafkan saya Pak
Karena saya belum sempat berterimakasih
Atas segala hal yang telah kau berikan kepadaku dulu   

Semoga akan ada kesempatan kedua untuk bertemu denganmu
Dan bila waktu itu tiba tak akan pernah kulewatkan sedetikpun
Untuk mengungkapkan betapa bahagianya aku melihatmu
Dan betapa besar rasa syukur dalam hati ini karena pernah diajar olehmu
Ataupun sekedar mengucapkan terimakasih kepadamu
Atas segala hal yang telah kau berikan kepadaku
Semoga akan ada waktu lagi
Semoga belum terlambat
Semoga sebelum engkau melepas seragammu
Kita akan bertemu lagi
Terimakasih Pak guru!

Sekian cerita dari saya. Terimakasih. GBU.