Kamis, 30 November 2017

Kegiatan di Hari Guru - 25 November 2017

Hai...
Sudah akhir November, sebentar lagi Desember. Siap-siap merayakan Natal ya, bagi yang merayakannya.
Saya nongol lagi ni.
Kali ini saya mau berbagi cerita kegiatan yang dilakukan bersama teman-teman guru, dihari guru tepatnya hari Sabtu, 25 November 2017 yang lalu.
Sudah tiga tahun saya menjadi guru, dimulai sejak tahun ajaran baru 2014/2015 sampai sekarang. Berarti kemarin tanggal 25 November 2017 adalah perayaan hari guru yang keempat bagi saya. Tapi, entah kenapa perayaan hari guru yang terakhir kemarin begitu berbeda dari sebelumnya. Tahun-tahun sebelumnya saya merasa biasa saja saat perayaan hari guru. Tapi tahun ini seperti ada sesuatu yang lain. Mungkin tiga tahun yang lalu saya masih terlalu muda (muda..?, tenanne?) untuk mengerti dan memahami sosok guru yang ku jalani ini. 

Tahun ini memasuki tahun ketiga saya mengajar di SMP. Kegiatan rutin guru-guru di SMP setiap hari guru, bukan ikut senam seperti kebanyakan guru-guru di sekolah lain di kabupaten ini. Tapi kami mengunjungi/ sowan/ silaturahmi ke guru-guru yang sudah pensiun. Di sana kami sengaja berkenalan, menengok kondisi kesehatan, dan yang paling penting meminta nasihat-nasihat untuk menjalani pekerjaan ini sampai seperti mereka, yaitu sampai pensiun. Meminta nasihat supaya bisa terus semangat menjalani pekerjaan ini sampai batas usia yang sudah ditetapkan. Intinya itu saja. 

Pada kegiatan yang singkat tersebut saya mendapatkan pelajaran dan nasihat yang sangat penting dan pasti akan saya coba jalankan meski diri ini rapuh. Guru pensiun tersebut masih sehat, suami istri yang menjalani sisa hidup berdua dengan ceria, dan bahagia kelihatannya. Dan saya merasa bukan hanya tampilannya saja, tapi hati mereka tetap bahagia (semoga saya bisa seperti kaliyan ya...hehe). Apalagi ketika melihat kami datang ke rumah mereka, jelas terpancar bahagia di raut wajah dan sinar matanya. Seperti mau menjelaskan pada kami, "Siapakah kami ini sampai kalian datang berkunjung." Saat ditanya, "Pesan-pesan dan nasihat apa yang bisa Bapak dan Ibu berikan pada kami?" Awalnya mereka seperti bingung mau memberi pesan apa, berpikir sejenak kemudian memberi petuah pada kami. Bergetar hatiku saat melihat sedikit kebingungan mereka. Bergetar karena, saya yakin mereka juga seorang guru yang rapuh tapi berhati lembut. Apalagi setelah muncul nasihat-nasihat dari bibir mereka, bukan hanya getar hati lagi yang kurasakan tapi bendungan kelopak mata yang mesti kujaga kuat (baca: mencoba tegar) agar air mata ini tak tumpah meleleh ke pipi...hehehe. Rapuh tetapi dipanggil, kemudian menerima penggilan itu dan menjalani dengan sepenuh hati. Itulah gambaran yang kupetik dari guru pensiunan tersebut.

Dua nasihat singkat dan penting dari mereka. 
Pertama, "Jadi guru tidak perlu neko-neko (baca: aneh-aneh) yang paling penting adalah tindakan. Sedikit bicara tapi banyak berbuat. Karena, contoh atau teladan lebih berguna dan mengena bagi para siswa."
Kedua, "Bimbinglah mereka (baca: anak-anak) dengan sepenuh hati seperti layaknya anakmu. Tetep sabar dalam membimbing dan jangan lupa berdoa, serahkan segalanya kepada Tuhan. Biarlah semuanya Tuhan yang mengatur dan membantu. Kita tetap berusaha sebaik mungkin."

Kedua pesan itu begitu membekas sampai sekarang dan yang paling penting bisa menjalaninya. Tuhan dampingi saya untuk menjalaninya dengan sabar, tabah, dan selalu denganMu. Satu hal lain lagi yang membuat hatiku bergetar adalah saat menjadi wali kelas, dikirimi ucapan selamat hari guru dari para siswa dan orang tua siswa. Begitu menguatkan, "Terimakasih ya untuk semuanya, tanpa perlu saya sebutkan satu-satu. Semuanya begitu menyejukkanku dan semoga terus memotivasiku untuk terus menjalani pekerjaan ini."
Setelah selesai kunjungan itu, diperjalanan pulang sambil berdendang lagu Hymne Guru, dan berucap dihati, "Seperti ini toh rasanya jadi guru." Hehehe....
Ok sekian dulu ya.
Semoga tulisan ini menjadi berkat bagi semua.
BD.