Sabtu, 22 Februari 2014

Jadi Guru Yayasan atau PNS..?

Hey...
ini jam 4:20 WIB... sudah pagi...subuh tepatnya, dan aku belum tidur... 7_7...
Kali ini aku mau berbagi tentang pilihan perkerjaan ke depan.
Dulu waktu mau masuk kuliah dan awal-awal kuliah, aku mempunyai keinginan untuk menjadi seorang PNS, tepatnya Guru Negeri. Sejak kecil orangtuaku selalu meninginkan aku nanti bisa masuk PNS, katanya PNS itu hidupnya akan lebih mapan. Mapan karena gajinya sudah pasti dan jumlahnya juga lumayan, cukuplah untuk menghidupi kehidupan yang menengah. Dan orangtuaku selalu cerita bahwa dulu dia dan keluarganya juga bercita-cita menjadi seorang PNS. Mungkin itulah salah satu faktor mengapa mereka begitu menganjurkan aku untuk masuk PNS.
      Aku pun termotivasi untuk bisa -ketrima suatu saat nanti- menjadi PNS. Tetapi keinginan itu muncul di awal-awal aku kuliah, dan tiba-tiba di pertengahan kuliah keinginanku mulai berubah. Aku berencana untuk menjadi guru Yayasan. Aku merasa bahwa bekerja di sekolah yayasan rasanya nyaman, dan membuat hatiku damai dan tenang. Aku merasa di sekolah Yayasan banyak budaya-budaya yang tidak akan aku temui jika jadi PNS. Budaya-budaya di sekolah Yayasan begitu damai, ya itulah yang ku pikirkan dan ku rasakan. Aku tidak tahu mengapa bisa seperti itu. 
      Dan kini aku sudah lulus kuliah, aku begitu bersemangat untuk mendaftar menjadi guru di sekolah Yayasan, sudah beberapa sekolah yang ku lamar meskipun hingga kini aku belum mendapatkan pekerjaan jadi guru Yayasan itu. Sampai sekarang aku belum menyerah. Tetapi, tepatnya satu minggu yang lalu aku pergi ke rumah nenekku dan di sana juga merupakan rumah lik-ku. Tiba-tiba aku mendapat suatu arahan yang berlawanan dari keinginan untuk jadi guru Yayasan. Ya.. lik-ku yang notabene adalah adik kandung ibukku mempunyai keinginan yang sama dengan ibukku khususnya. dia ingin aku menjadi guru negeri. Alasanya pun sama bahwa PNS hidupnya akan lebih terjamin dan lebih bisa bekembang daripada seorang guru Yayasan. Aku bingung. Bagiku guru Yayasan tetap bisa hidup terjamin. Dan menurutku gambaran tentang hidup terjamin bukakn soal uang atau gaji yang akan diterima. Buktinya banyak di luar sana guru Yayasan yang tetap bisa hidup. 
        Yah...aku bingung...likku sangat sedih jika nantinya aku milih jadi guru Yayasan daripada PNS. Aku memang mungkin belum berpengalaman tentang hidup, aku memang mungkin belum tahu banyak, aku memang mungkin belum bisa berpikir panjang. Tetapi aku ingin hidup bukan untuk uang, bukan uang tujuan hidupku, bukan!. Aku ingin jadi guru! yah...guru yang mengabdi bagi bangsa, bagi murid-murid/ anak didikku, dan bukan untuk uang!... Aku ingin mengabdi bukan mencari kekayaan bukan jadi orang kaya. 
        Tetapi, ada suatu pilihan yang coba ditawarkan untuk diriku dari likku. Aku disuruh untuk menunggu sampai tahun 2017, untuk tetap melamar menjadi PNS di daerah asalku.
Entah kenapa... sekarang semangat untuk menjadi guru Yayasan surut. Dan aku mau memilih untuk mencoba mendaftar PNS. Mencoba dulu...ya...coba...jika gagal pindah ke pilihan kedua.
Tetapi, tetap saja keinginanku jadi guru yang mengabdi masih sama meskipun aku mau mengalihkan pijakan dan arah jalanku ke PNS. Jika nanti aku ketrima jadi PNS, impian dalam diri ini tetap sama, yaitu menjadi guru yang mau dan berani mengabdi dan mendidik untuk Bangsa dan untuk anak-anak didikku. Bukan untuk menjadi kaya...
karena inilah pilihanku sejak awal menjadi seorang guru - kita tahu bahwa menjadi seorang guru tidak bisa jadi orang kaya, atau ada pernyataan lain jika mau jadi orang kaya jangan jadi guru!- Tuhan kamu pasti tahu diriku lebih daripada diriku sendiri. Bimbing aku ke jalan yang tepat. Jika ucapan dan kata-kataku ini hanya hayalan bodoh dan semu, tetap bimbing langkahku..
Kamu tahu apa pun yang terjadi nanti pada diriku, semua hanyaa karena anugerahMu semata.
hehe....
BD...:D

Rabu, 05 Februari 2014

Pengalaman Ngeles

     Kali ini aku akan mencoba memulai berbagi tentang pengalaman pekerjaanku. Hehe... meskipun aku memang belum bekerja tetapi setidaknya selama ini aku tidak benar-benar menjadi pengangguran karena, aku masih sempat ngelesi seorang anak semacam ngeles privat. Yah pekerjaanku ini belum banyak karena seminggu hanya satu kali dan hanya satu orang yang aku les privat di awal tahun 2014 ini, tetapi itu tetap menjadi sebuah pengalaman yang berharga buatku. 
     Pertama kali aku berani untuk les privat tepatnya akhir tahun 2013, tahun itu, secara tidak terduga aku ngeles privat tiga anak. Satu anak kelas 7 SMP, dan dua anak lainya kelas X SMA. Awal aku ngeles ini karena ditawari oleh seorang teman. Kesan dan perasaanku saat ditawari untuk ngelesi pertama kali adalah takut, bingung, grogi, pokoknya campur aduk. Takut karena, aku sadara diri bahwa aku ini bukan orang jenius, dan aku bukan orang pandai benar. Mungkin gambaran lebih jelasnya kecerdasanku ini hanya sedang-sedang saja, hehe... Tetapi aku tak mau melepaskan kesempatan untuk mencoba dan menambah pengalaman baru. Aku merasa bahwa aku harus menerima tawaran ini, jadi waktu itu aku tetap nekat untuk berani ngeles privat. Pernah aku ngeles tidak dikasih honor, tetapi sejak awal niatku cuma satu yaitu menambah pengalaman jadi bukan uang yang utama. Jadi, gak' masalah.
      Tahun 2014, les privat tahun lalu tidak diperpanjang. Tetapi, beruntung kemarin lagi-lagi ada seorang teman yang menawari untuk ngeles privat, dan langsung aku terima walaupun sebenarnya yang ini anak kelas XII SMA, jaadi materinya lebih banyak dari kelas X - XII SMA. Sempat takut dan kawatir lagi tetapi aku tetap nekat demi sebuah pengalaman. 
         Di saat ngeles kemarin ternyata banyak materi yang terlupakan. Sebenarnya ada beberapa yang lupa tetapi ada yang menyesakkan karena, dulu belum paham benar waktu SMA, dan saat kuliah masih juga belum jelas, eeh sekarang berhadapan langsung untuk menjelaskan. Menjadi guru memang tidak mudah harus terus belajar dan belajar. Tapi, inilah pilihan jalan hidupku, aku harus terus maju dan maju, aku tak akan takut diremehkan, direndahkan, biarah berdarah-darah. Karena dengan semua pengalaman ini aku akan berkembang.

Membuat sebuah lompatan kecil kemudian lompatan besar.
Tuhan pasti menolongku.
"Sebab jika aku lemah, maka aku kuat" (2 Kor 12:10)